Sumber: Majjhima Nikaya, Mullapanasa Pali, Mahayamaka Vagga, 36
Nikhepa: Puchavasika (karena adanya permohonan Y.M Ananda)
Nidana: Dibabarkan oleh Sang Buddha sendiri kepada Saccaka yang merupakan putra dari Nigantha di Vesali di Hutan besar di aula beratap runcing yang mengenai pengembangan tubuh dan pikiran, beliau memberikan penjelasan yang mendetail tentang pencarian spiritual beliau sendiri.
Isi Sutta:
Sang Buddha menjelaskan mengenai pengembangan tubuh
yang dimaksud disini adalah pandangan terang, sedangkan
pengembangan pikiran adalah konsentrasi.
jadi ketika siswa agung mengalami perasaan yang menyenangkan maka tidak menjadi hanyut olehnya, karena melalui pengembangan pandangan terangnya beliau memahami bahwa perasaan itu tidak kekal, tidak memuaskan, dan tidak beresensi. sebaliknya ketika beliau mengalami perasaan yang menyakitkan, menyedihkan beliau tidak menjadi terhanyut olehnya. karenanya melalui pengembangan konsentrasinya beliau mampu keluar dari situ dengan cara masuk kedalam salah satu penyerapan meditasinya.
kemudian Sang Buddha menjawab pertanyaan dari Saccaka dengan pertama-tama menunjukkan perasaan yang amat menyakitkan yang telah beliau alami selama praktek pertapaannya, setelah itu beliau menunjukkan perasaan amat menyenangkan yang telah beliau alami selama pencapaian meditasi sebelum mencapai pencerahan.
Di dalam sutta ini terdapat 3 kiasan:
1. Sepotong kayu basah bergetah yang terendam di dalam air: para pertapa dan brahmana yang secara fisik mampu masih tidak hidup menarik diri dari kesenangan indera maka belum sepenuhnya dan ditekan secara netral.
2. Sepotong kayu yang basah bergetah terletak di tanah kering yang jauh dari air: Menarik diri dari kesenangan indera maka telah seutuhnya atau sepenuhnya ditinggalkan dan ditekan secara netral.
3. sepotong kayu kering tak bergetah terletak ditanah kering yang jauh dari air. menarik diri dari kesenangan indera maka telah seutuhnya atau sepenuhnya ditinggalkan dan ditekan secara netral.
Pencarian spiritual untuk mencapai pencerahan:
1. Gigi terkatup erat dan tidak menekan lanhit-langit mulut seperti keringat mengalir dari ketiak sebagaimana orang laki-laki mencengkram orang yang lebih lemah pada kepala atau bahu kemudian menghantam, memaksa, dan menghancurkannya.
2. Mempraktikkan meditasi tanpa bernapas, suara yang keras ketika alat penghembus pandai besi ditiup
3. Mempraktekkan meditasi tanpa bernapas lebih jauh, angin yang amat kencang membelah kepala beliau sebagaimana orang laki-laki kuat membelah kepala dengan pedang yang tajam.
4. Mempraktiikan meditasi tanpa bernapas lebih jauh lagi, rasa sakit yang amat kuat dikalaku sebagaimana orang laki-laki kuat mengencangkan tali kuat sekeliling kepala sebagai tali kepala.
5. Meditasi tanap bernapas lebih jauh lagi, angin yang kecang memotong perut seperti tukang jagal yang ahli memotong perut tukang jagal yang ahli memotong perut lembu dengan pisanu jagal yang tajam.
6. Meditasi tanpa napas lebih jauh lagi, rasa terbakar yang amat kuat ditubuh seperti dua orang lelaki yang mencengkram orang yang lebih lemah pada kedua lengannya dan memegang diatas lubang perapian batu bara yang menyala.
7. Mempraktikkan tidak makan sekali
8. Makan sangat sedikit sekali sehingga tubuh sangat kurus kering dengan cara yang sangat ekstrim.
akhir sutta
Saccaka bersuka cita dan bergembira didalam kata-kata yang Terberkahi, lalu ia pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar